OASE PAGI
Kajian al-Hikam 183
Sikap Malu Berdoa
ربمااستحيا العارف ان يرفع حاجته الى مولاه لاكتفائه بمشيئته فكيف لايستحيي ان يرفعها الى خليقته ؟
"Ketika seorang arif (orang yang mengenal Allah) merasa malu menyampaikan hajatnya kepada Tuhannya karena merasa dicukupi sesuai kehendak-Nya, maka bagaimana dia tidak malu untuk menyampaikan hajatnya kepada makhluknya ?
Maqalah di atas menjelaskan bahwa bagi orang yang telah mengenal Allah (Arifin billah) merasa malu berdoa kepada Allah untuk meminta sesuatu hajat yang dibutuhkan karena mereka menyakini bahwa Allah lebih tahu dan lebih bijak dalam memberikan sesuatu apa yang menjadi kebutuhan hambanya tanpa harus diminta. Karena itu, para Arifin billah merasa lebih malu lagi jika menyampaikan suatu hajat kepada makhluknya ? Demikian itu sikap batiniyah orang yang sudah mencapai maqam Arifin billah.
Namun demikian, bagi orang awam harus menyadari kedudukannya jangan lantas bersikap seperti para Arifin billah. Bagi orang awam diperbolehkan berdoa meminta kepada Allah sesuai hajatnya karena Allah dalam al-Qur'an telah menyuruh hambanya untuk berdoa, "Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan permintaanmu." Namun yang harus dipahami yaitu sikap dalam berdoa hendaknya disertai kepasrahan kepada Allah, bukan doa yang memaksa, bukan pula doa yang protes. Apabila sikap dalam berdoa sudah disertai kepasrahan kepada Allah maka apapun yang terjadi bisa mengembalikan kepada Allah. Jika doanya dikabulkan maka bisa bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, jika doanya belum dikabulkan sesuai permintaannya maka bisa husnudhan (baik sangka) kepada Allah, menyakini bahwa Allah lebih tahu yang terbaik untuk hambanya.
Semoga kita dalam berdoa dapat menyadari maqam kita yaitu berdoa yang disertai kepasrahan kepada Allah setelah melakukan usaha dan ikhtiar hingga kita diberikan anugerah keyakinan oleh Allah sebagaimana para Arifin billah yang malu dalam berdoa kepada Allah.
al-Rabbani, 11 Februari 2020
Comments
Post a Comment